Monday, December 15, 2008

Keamanan Aspartam dan Pilihan Sehat


Oleh: Prof Veni Hadju (Dekan FKM Unhas)

Dua tulisan yang saling bertolak belakang tentang Aspartam belum lama terpublikasi luas melalui Koran ini. Tulisan pertama pada edisi 3 Juni 2008 berjudul "Pahitnya Dampak Pemanis Buatan" yang telah mengungkapkan dengan jelas tentang bahaya mengkonsumsi produk pemanis buatan Aspartam.

Tulisan kedua pada edisi 17 Juni 2008 berjudul "BTP Aspartam Aman Dikonsumsi" yang mengemukakan amannya Aspartam dengan berbagai bukti ilmiah.

Tulisan pertama dengan argumennya mengemukakan fakta-fakta di lapangan tentang perlunya kita menghindar dari Aspartam sedangkan tulisan kedua mengemukakan betapa manusia sangat membutuhkan Aspartam dengan jaminan keamanannya.

Kedua tulisan ini menyiratkan perlunya pemahaman yang lebih dalam dari setiap bukti ilmiah yang dikemukakan. Tulisan ini ingin melihat masalah ini dari pandangan seorang peneliti dan sekaligus anggota masyarakat yang ingin melihat kehidupan masyarakat yang lebih baik ke depan.

Amankah Aspartam?

Sejarah ilmu pengetahuan di muka bumi ini telah memperlihatkan bahwa manusia selalu ingin melakukan upaya terobosan dengan menggunakan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi.

Oleh karena kebutuhan yang begitu besar, maka para peneliti bergandengan tangan dengan kalangan industri berusaha untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bersifat ekonomis sehingga kebutuhan manusia yang terus meningkat bisa disediakan.

Upaya ini akan terus berlanjut sampai dunia berakhir. Industri tidak akan tinggal diam untuk selalu berinovasi dan sekaligus mempromosikan produk terbarunya sehingga semakin banyak diminati oleh konsumen.

Terkait dengan Aspartam, pertanyaan yang sering muncul dan menjadi perdebatan adalah amankah mengonsumsi pemanis buatan Aspartam? Jawaban yang muncul dari setiap pertanyaan tentu akan tergantung kepada latar belakang orang yang menjawabnya. Penulis dapat mengkategorikan minimal ada tiga kelompok orang.

Pertama, mereka yang terkait dengan industri Aspartam, apakah itu direktur, para peneliti di Divisi Riset dan Pengembangan, atau pekerja lainnya yang ada di dalamnya.

Mereka pasti akan berusaha keras membuktikan bahwa Aspartam adalah produk yang aman, tidak menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, dan sudah digunakan oleh banyak negara dan dilindungi oleh badan yang tertinggi di Amerika Serikat (FDA).

Coba perhatikan apa yang diungkap oleh penulis pertama dalam tulisannya Pahitnya Dampak Pemanis Buatan yang mengatakan bahwa seluruh penelitian yang disponsori oleh industri yang menggunakan Aspartam tidak menemukan dampak penggunaan Aspartam terhadap masalah kesehatan.

Coba bandingkan dengan mayoritas penelitian independen (92 persen) yang memperlihatkan dampak buruk terhadap kesehatan dari yang ringan sampai berat.

Kelompok kedua, adalah mereka yang secara sadar mengikuti setiap perkembangan ilmu dan mau menerima dengan hati yang terbuka bila ada hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan. Kelompok ini memang kadang sangat sensitif apalagi kalau hal tersebut terkait dengan bidang pekerjaannya.

Kelompok ini bisa saja berasal dari para akademisi, para praktisi, atau masyarakat umum yang peduli kepada masalah kesehatan.

Kelompok ini kadang dimusuhi oleh kelompok pertama, karena mau bicara apa adanya. Kadang memang cenderung lebih "egois" dan melihat informasi secara hitam putih. Pengalaman yang banyak terlihat, kelompok ini sangat lemah karena tidak didukung oleh dana yang memadai. Namun, pada beberapa kasus, mereka pada akhirnya diikuti oleh banyak orang.

Kelompok ketiga, adalah mereka yang kurang perhatian terhadap setiap perkembangan yang ada. Kelompok ini cenderung mengikuti selera pasar atau arah kebijakan yang ada saat itu. Kelompok ini menyadari bahwa urusan keamanan serahkan saja kepada ahlinya.

Kalau Badan Internasional seperti FDA yang bergensi sudah mengatakan aman, maka mereka akan berpendirian sangat teguh untuk membenarkan. Kelompok ketiga ini adalah kelompok terbanyak di masyarakat kita.

Mereka sebagian besar adalah masyarakat umum, walaupun di antara mereka ada juga para akademisi, para peneliti, atau orang yang berpikir objektif. Mereka pada umumnya tidak tertarik dengan kontroversi yang ada.

Kontroversi terhadap informasi di bidang kesehatan bukan lagi hal yang baru. Salah satu contoh yang pernah terjadi di Amerika adalah kasus minyak goreng. Tingginya kadar kolesterol darah saat itu sebagai penyebab utama penyakit jantung koroner, banyak dihubungkan dengan konsumsi minyak goreng asal kelapa yang tinggi asam lemak jenuh.

Saat FDA mengumumkan bahwa minyak goreng nabati (kedelei dan biji-bijian lainnya) lebih aman karena sangat rendah kadar asam lemak jenuh, maka berlomba-lombalah orang meninggalkan konsumsi minyak goreng kelapa. Publikasi tentang bahaya minyak kelapa yang mengandung asam lemak jenuh yang tinggi terbit di mana-mana.

Namun setelah disadari, bahayanya asam lemak trans sebagai bahan yang muncul dari pemakaian minyak goreng nabati terhadap penyakit jantung, maka produsen minyak goreng kelapa mendapat pasar kembali. Saat ini asupan asam lemak trans yang tinggi adalah salah satu penyebab utama kejadian penyakit jantung koroner.

Keterbatasan Manusia

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang diberikan otak dengan kemampuan berpikir yang luar biasa dan sekaligus hati yang bisa diajak merenung dan merasakan apa yang tidak tertangkap oleh panca indra.

Dengan kemampuan ini, manusia bisa menciptakan dan berkreasi secara maksimal sehingga lahirlah produk-produk inovatif dari hasil karya mereka. Dengan kemampuan berpikir, mereka bisa menetapkan apakah jumlah tertentu dalam batas aman untuk kesehatan manusia atau tidak.

Juga, dengan kemampuan hati, mereka merasa yakin bahwa tujuan yang ingin mereka capai itu adalah sesuatu yang benar.

Hanya saja, manusia tetaplah manusia. Mereka punya keterbatasan, baik pikirannya maupun perasaannya. Manusia kadang merasa yakin bahwa mereka sangat benar dan tidak menyadari keterbatasan mereka.

Para ahli, dengan segala kapasitasnya berusaha untuk melakukan prosedur ilmiah yang mereka anggap itu benar tapi mereka lupa bahwa standar pengetahuan manusia yang ada tetap tidak lepas dari kesalahan. Bisa saja kita mengatakan bahwa dalam jumlah seperti ini aman, namun perhitungan dalam tubuh manusia tidak bisa disamakan dengan perhitungan matematis.

Setiap orang berbeda, baik dilihat dari gen yang menyusun tubuhnya maupun kondisi lingkungan fisik dan sosial di mana dia tumbuh dan berkembang. Bisa saja jumlah tertentu pada sekelompok orang itu masih aman namun pada kelompok lainnya jumlah seperti itu tidak aman lagi.

Kompleksitas tubuh manusia sudah diakui oleh para ahli. Mereka tiba pada kesimpulan bahwa setinggi apapun ilmu pengetahuan menjelajahi tubuh manusia, mereka baru mengetahui 20 persen saja. Ini belum dilihat bagaimana keterkaitan antara fisik, pikiran, dan hati.

Dalam ilmu quantum, yang saat ini menjadi dasar pengembangan ilmu kedokteran di Abad ke-21, ketiga unsur ini harus dipahami dalam menjelaskan apa yang terjadi pada timbulnya suatu penyakit atau gangguan kesehatan pada manusia.

Pola Hidup Sehat

Terlepas dari kontroversi yang terungkap saat ini, sebaiknya kita mengajak masyarakat untuk mengikuti pola hidup sehat yang mengantarkan mereka kepada kesehatan yang optimal. Pola hidup sehat mengajarkan kita untuk mengonsumsi makanan yang alami. Kalau kita butuh pemanis, sebaiknya mencari yang alami.

Ada madu, ada gula aren, ada gula batu (gula tebu yang belum diproses menjadi gula pasir). Bahkan, kalau boleh kita membatasi mengonsumsi semua produk makanan yang telah diproses. Tidakkah lebih sehat mengonsumsi teh tanpa gula?

Tidakkah lebih sehat mencicipi kopi yang betul-betul terasa kopi, bukan kopi yang terasa manis? Memang sulit dan tidak enak pada awalnya, namun berikutnya kita akan terbiasa.

Pola hidup sehat juga mengajarkan kepada kita untuk mengonsumsi lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan setiap hari. Kita dianjurkan mengonsumsi minimal lima porsi sayur-sayuran setiap hari. Kita bisa memperoleh gula buah yang alami dari minimal dua porsi buah-buahan setiap hari.

Sebagian besar kandungan mineral dan vitamin yang dibutuhkan tubuh bisa diperoleh dari konsumsi sayur dan buah ini setiap hari. Hindari buah yang telah diproses dan dijual dalam kaleng atau sayuran yang sudah dibekukan terlebih dahulu.

Orang bijak berpesan, yang alamiah itu adalah yang terbaik. Di tengah peningkatan ilmu dan teknologi yang begitu cepat sangat sulit menghindar dari berbagai hal yang tidak alamiah. Namun, satu anjuran yang sangat mudah kita lakukan adalah pesan Rasulullah: "makan dan minumlah kamu namun jangan berlebih-lebihan.

Mungkin konsumsi sekali-kali tidak ada masalah, apalagi kalau itu sudah menjadi satu dengan kue yang kita senangi. Namun, jangan mengonsumsi itu setiap hari karena itu telah disadari memberi dampak yang lebih besar".

Sehat adalah pilihan. Pilihan makanan dan minuman yang alami akan menjamin tubuh kita lebih sehat. Minimal kita membatasi konsumsi kita terhadap semua produk yang belum bisa memberikan jaminan keamanan yang tinggi.

Di samping itu, marilah kita melihat suatu perbedaan dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan kita. Bisa saja saat ini kita benar namun besok hal itu menjadi salah. Kehati-hatian sangat bijak terutama terhadap kesehatan tubuh kita. Wallaahu?alam bishshawab.

Pemerintah Tanggung 100 Persen Biayai Pendidikan Dokter

Laporan: kompas.com/har. tribuntimurcom@yahoo.com
Jakarta, Tribun - Pemerintah berniat untuk mengembalikan kejayaan dokter di Indonesia dengan meningkatkan jumlah dan kemampuan spesialisasi pada bidang kedokteran. Hal ini agar dokter dalam negeri Indonesia memiliki kemampuan dan profesionalisme yang tinggi agar pasien Indonesia tidak berbondong-bondong berobat ke luar negeri, terutama ke Penang, Singapura, Australia bahkan Amerika serikat.
Untuk itu, pemerintah akan meningkatkan alokasikan anggaran untuk membiayai pendidikan dokter-dokter spesialis di Indonesia. Jika sekarang ini jumlah dananya baru direncanakan mencapai Rp 600 miliar rancangan APBN 2008, maka pemerintah kalau perlu akan meningkatkan anggarannya pada tahun depan hingga Rp 1 triliun.

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla mengatakan hal itu saat meresmikan Sahid Sahirman Memorial Hospital, sebuah rumah sakit berkelas internasional di tengah-tengah kawasan segitiga emas di Jakarta, Senin (25/8) sore. Hadir dalam acara itu, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dan pimpinan Sahid Group Sahid, Sahid Sukamdani Gitosardjono.

"Pemerintah akan mendidik sebanyak-banyaknya dokter spesialis, yang biayanya seluruhnya ditanggung pemerintah 100 persen. Karena ini, dananya yang semula Rp 600 miliar, kalau perlu kita akan naikkan lagi sampai menjadi Rp 1 triliun tahun depan," tandas Wapres Kalla.

Menurut Kalla, peningkatan alokasi anggaran bagi pendidikan dokter spesialis itu memang diperlukan, mengingat hal itu untuk mengembalikan kejayaan dokter Indonesia. "Pengembalian kemampuan dokter spesialis kita itu, kalau tidak jumlahnya kita perbesar terus, kemampuannya juga kita tingkatkan," tambah Wapres.

Wapres Kalla melanjutkan, peningkatan anggaran bagi tercapainya jumlah dan kemampuan dokter spesialis Indonesia dilakukan untuk memenuhi kepercayaan dokter di Indonesia berikut dengan rumah sakitnya.

"Ada tiga hal yang menyebabkan rumah sakit itu dipercaya, yaitu karena pengetahuan dan kemampuan dokter, teknologi kedokterannya yang mutakhir, kedokteran serta pelayanannya," kata Kalla.

Lebih jauh, Kalla mengatakan hanya 10 persen pasien mampu di Indonesia yang berobat di luar negeri. "Memang, meskipun hanya 10 persen, akan tetapi itu sudah sebuah titik yang mengkhawatirkan terhadap kemampuan bangsa ini. Mereka seperti banggsa berobat di luar negeri. Lahirnya di Indonesia, tetapi sakitnya di Singapura, Penang atau Australia. Mudah-mudahan juga tidak banyak yang meninggal di rumah sakit di luar negeri," demikian Wapres Kalla.(*)

Wanita Usia 70 Tahun Melahirkan Bayi Kembar

NEW DELHI -- Tidak berlebihan bila apa yang terjadi pada Omkari Panwar ini disebut sebagai keajaiban. Sebab, di usianya yang sudah mencapai 70 tahun, wanita asal Muzaffarnagar, kota di utara New Delhi yang bisa ditempuh tujuh jam dengan kendaraan, ini melahirkan bayi. Kembar pula.

Sejatinya, bersama Charan Singh Panwar, suaminya, wanita sepuh itu hanya ingin memiliki seorang anak laki-laki. Siapa sangka, keinginan pasangan kakek-nenek tersebut justru membuat Omkari menjadi wanita tertua di dunia yang melahirkan bayinya. Padahal, hal itu sama sekali tidak terbersit dalam pikirannya.

Dan ternyata, pasangan ini mendapatkan bayi kembar, satu laki-laki dan satu perempuan. Apalagi dia harus melahirkan melalui operasi Caesar. Itulah sebabnya, biaya yang dibutuhkan sangat besar. Untuk menutup biaya perawatan istrinya yang dirawat di kelas empat, Panwar harus menjual kerbau-kerbaunya. Dia pun terpaksa harus menggadaikan sawahnya.

Selain itu, pria 77 tahun itu juga harus menguras tabungannya. Nyatanya, semua hartanya itu masih kurang untuk membayar biaya tagihan rumah sakit di Muzaffarnagar. Maka, dia pun mengajukan pinjaman. Menurut tim dokter yang merawat Omkari, kedua bayi kembar itu lahir prematur, sebulan lebih awal dari yang seharusnya.

Sejatinya, pasangan Panwar itu telah mempunyai dua anak perempuan yang sudah beranjak dewasa. Mereka juga sudah mempunyai lima orang cucu. Tapi, tentu saja anak laki-laki sangat penting bagi mereka. Sebagaimana dalam kultur India yang menganggap penting anak laki-laki. Itu tidak sekadar disebabkan lantaran anak laki-laki akan mendapatkan mas kawin saat dia menikah kelak. Tapi juga karena dia juga bisa membantu bekerja di lading. Itulah sebabnya, kelahiran anak laki-laki sangat mereka nanti.

Selama delapan bulan mengandung bayi kembarnya, Omkari mengaku bahwa kehamilan itu sangat berat dan menyakitkan. Tapi, karena sudah mempunyai pengalaman sebelumnya, maka Omkari bisa mengatasinya. ??Kadang-kadang, Anda memang harus merasakan sakit dulu bila ingin mendapatkan apa yang diinginkan,?? tutur Omkari bijak. "Setidaknya, kami sudah memiliki anak laki-laki sekaligus penerus. Kami berdoa kepada Tuhan, mengunjungi orang-orang suci, juga tempat-tempat suci supaya diberi penerus," kata Panwar.

Panwar tidak memungkiri besarnya biaya yang harus dikeluarkannya demi kelahiran anaknya kali ini. Namun, demi mendapatkan seorang anak laki-laki, hal itu sepadan. "Bisa-bisa saya tewas saking bahagia dan bangganya sebagai seorang ayah," tambah Panwar.

Dengan kelahirannya kali ini, Omkari memang pantas ditahbiskan sebagai wanita tertua yang melahirkan. Sebelumnya, adalah Adriana Iliescu, seorang wanita asal Rumania, yang melahirkan di usia 66 tahun pada 2005. Sebenarnya, Omkari tidak mempunyai akta kelahiran. Namun, dia mempunyai penanda sendiri untuk mengingat umurnya. Yakni, saat India merdeka pada 1947 bertepatan dengan Inggris meninggalkan India, dirinya berumur sembilan tahun.

Kini, Omkari menjalani pemulihan di rumah salah satu putrinya. Dia tidak terlalu bahagia saat diberi tahu memecahkan rekor dunia sebagai wanita tertua yang melahirkan. Yang penting baginya, adalah karena dia masih belum melihat anak-anaknya. Sebab, mereka dibawa ke dokter spesialis sebelum dirinya sadar. "Meskipun saya adalah wanita tertua di dunia yang melahirkan, itu tidak berarti apa-apa bagi saya. Saya hanya ingin melihat bayi-bayi saya dan merawatnya saat saya masih mampu melakukannya," kata Omkari.

Gynaecologist Nisha Malik, yang membantu kelahiran Omkari pun terkejut dengan apa yang terjadi pada pasiennya itu. "20 tahun saya di bidang kesehatan dan baru kali ini mendapatkan kasus seperti ini," kata dia. (Dailymail/dia)

Nasib Dokter PTT

KINERJA dokter pegawai tidak tetap atau PTT yang bertugas di daerah perbatasan, ternyata belum diimbangi dengan pemenuhan hak-hak mereka seperti yang disepakati dalam kontrak kerja. Insentif yang seharusnya diterima setiap bulan, di beberapa daerah, belum juga dibayarkan secara teratur.
mendapat penugasan di daerah terpencil dan daerah sangat terpencil. Jika ditelantarkan, dokter-dokter tersebut akan dipindahkan ke daerah lain.
Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, saat melepas 736 dokter PTT ke berbagai daerah, di Jakarta, Senin (1/9), menungkapkan, akan mem-black list pemda yang menelantarkan dokter-dokter PTT. Mereka dengan sukarela memilih daerah terpencil dan sangat terpencil. Jangan sia-siakan mereka. Rakyat sangat membutuhkan pelayanan kesehatan.
Nasib dokter PTT terkadang memprihatinkan. Mereka sering dibiarkan tinggal di masjid atau tempat tinggal yang berjarak belasan kilometer dari daerah yang harus dilayani. Bahkan, sebagian tak sampai ke desa tujuan karena tak ada biaya transportasi.
Nasib kurang menguntungkan sudah terjadi sejak awal program dokter PTT di tahun 1991. Pada Maret 2002, sekitar 50-an dokter PTT mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta, mengadukan nasibnya. Selain gaji sering terlambat, mereka mempertanyakan status yang tidak jelas, PNS bukan, swasta pun bukan.
Padahal, dokter dan dokter gigi PTT yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 702 Tahun 1993, memiliki tugas-tugasnya yang tak ringan. Mereka wajib mengutamakan kepentingan masyarakat dalam pelayanan kesehatan, hingga ke tempat-tempat terpencil.
Sayang, tuntutan tugas yang berat itu terkadang tidak mendapat dukungan fasilitas dan kesejahteraan yang memadai. Mereka menjadi ujung tombak dan abdi negara untuk melayani masyarakat. Tanggung jawab besar dan penuh risiko dalam menjalankan tugas itu menuntut perlindungan dari aspek risiko medis, hukum, dan sosial.
Namun ternyata, gaji sering terlambat. Jangan tanya soal besar gaji. Keterlambatan gaji dan pembayaran insentif itu mempengaruhi pelayanan kesehatan masyarakat di daerah atau pulau-pulau terpencil. Penyebab keterlambatan bukan hanya di jajaran departemen kesehatan, melainkan juga di dinas kesehatan atau kantor pos.
Yang menggembirakan, tahun 2009, gaji dokter PTT akan dinaikkan. Untuk dokter di tempat biasa, naik dari Rp 1.380.000 menjadi Rp 1.900.000. Gaji dokter di daerah terpencil naik dari Rp 1.782.000 jadi Rp 2.300.000. Di daerah sangat terpencil, gaji naik dari Rp 2.012.500 menjadi Rp 2.500.000. Di samping itu, sedang diperjuangkan tambahan insentif berkisar antara Rp 3 juta dan Rp 5 juta.
Berkaitan dengan nasib dokter PTT tersebut, seharusnya pemerintah, khususnya instansi teknis, proaktif dan mengantisipasi persoalan secepatnya. Walaupun gaji naik, bila terlambat diterima, bisa berimbas pada pelayanan kesehatan. Begitu pula, status kepegawaiannya, jangan sampai tak jelas untuk selamanya.

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

RS Tajuddin Khalid Buka Pelayanan untuk Pasien Umum

Oleh: Direktur RS Dr Tadjuddin Chalid, Dr dr Rasyidin Abdullah MPH

Rumah Sakit Regional Kusta Makassar, kini resmi berganti nama menjadi RS Dr Tadjuddin Chalid, MPH. Rumah sakit yang selama ini fokus menangani penderita kusta, kini mulai membuka layanan umum.

Apa target dan bagaimana model pelayanan yang diterapkan ke depan? Berikut petikan wawancara Wartawan Fajar, Rahim Kadir dengan Direkur RS Dr Tadjuddin Chalid, Dr dr Rasyidin Abdullah MPH:

Perubahan nama Rumah Sakit (RS) Dr Tadjuddin Chalid resmi digunakan, kenapa harus berubah?
Pada 28 Juni ini, kita memang meresmikan perubahan nama dari RS Kusta Makassar menjadi RS Dr Tadjuddin Chalid MPH. Insya Allah peresmian akan dilaksanakan langsung Dirjen Bina Pelayanan Medik Depkes RI.

Dengan pertimbangan penyakit kusta selama ini sangat ditakuti masyarakat. Sehingga pasien yang masuk ke rumah sakit ini hanya dimonopoli penderita kusta saja. Padahal, potensi yang ada di rumah sakit ini cukup bagus. Baik fasilitas maupun sumber daya manusia. Apalagi, sudah tersedia banyak dokter ahli.

Dengan adanya perubahan nama ini, kita berharap terjadi suatu pembauran. Dalam arti kata, pasien yang masuk bukan lagi hanya dari kalangan penderita kusta, tapi juga pasien umum.

Kami menilai pemberian nama RS Kusta dulu memang agak salah. Karena imej masyarakat di luar bahwa rumah sakit ini hanya untuk penderita kusta. Sehingga, ada semacam fobia (ketakutan) di kalangan warga untuk masuk ke tempat ini.

Untuk menghilangkan rasa ketakutan ini, apa upaya yang akan Anda lakukan?

Tentu salah satunya adalah melalui sosialisasi kepada masyarakat. Kita terus berupaya menginformasikan bahwa penderita kusta yang sudah ditangani di sini tidak akan menular lagi. Sama dengan penyakit umum lainnya, karena langsung sembuh.

Coba Anda jalan-jalan ke ruang bangsal mereka. Di sana akan tampak jauh lebih bersih dari rumah sakit lain. Juga tidak akan ada bau busuk yang akan mengganggu. Karena mereka memang sudah diberi obat antibiotik khusus. Jadi imej ini yang akan kita ubah ke depan.

Sejak kapan rumah sakit ini didirikan dan bagaimana statusnya selama ini?

Rumah sakit ini didirikan sejak tahun 1883. Sebelumnya, lokasinya berada di daerah Jongaya. Sedangkan status rumah sakit ini adalah rumah sakit regional di mana pengelolaannya dibawahi langsung Departemen Kesehatan RI.

Artinya, status rumah sakit ini sama dengan RS Dr Wahidin?

Betul. Karena rumah sakit ini ditugaskan melayani langsung Kawasan Timur Indonesia (KTI), mulai dari Pulau Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya. Bahkan tidak jarang pasien yang kita layani juga berasal dari Kalimantan Timur dan Selatan, serta Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Semua anggaran yang kita gunakan juga langsung dari APBN. Tahun ini kita minta anggaran sekitar Rp5 miliar.

Di RS Wahidin selama ini melayani pengguna Askeskin, bagaiamana dengan RS Dr Tadjuddin Chalid?

Justru kita sudah lama menerapkan program itu. Bayangkan semua penderita kusta yang kita tangani semua gratis. Yang penting mereka memperlihatkan kartu tanda miskin.

Setelah layanan umum kita buka, pola-pola seperti itu semakin diperluas. Bagi pegawai swasta bisa hanya memperlihatkan kartu jamsostek, warga miskin kartu askeskin, dan PNS bisa menggunakan kartu Askes. Tapi bagi orang kaya tentu tetap membayar seperti di rumah sakit umum lainnya.

Setelah perubahan nama, apa akan ada juga perubahan manajemen?

Nanti, memang akan ada perubahan struktur kelembagaan. Saat ini sementara dibahas di Men PAN. Jadi nanti akan ada direktur utama yang dibantu tiga direktur lainnya, seperti direktur pelayanan medik, penunjang medik, dan direktur administrasi/keuangan. Jadi, praktis beban rumah sakit nanti akan bertambah.

Bisa Anda jelaskan perubahan apa saja yang akan dilaksanakan?

Di sekitar Daya ini, nanti kan jadi pusat kota. Makanya kita berupaya segera melakukan diversifikasi pelayanan. Kita telah memprogramkan untuk membuat beberapa poliklinik khusus, serta laboratorium.

Layanan apa saja yang akan segera dibuka?

Kita akan segera buka pelayanan umum. Sebenarnya pelayanan umum ini sudah ada, cuma setelah perubahan nama ini, kita akan lebih tingkatkan.

Jadi nanti kita berikan seperti pengobatan umum, penyakit dalam, anak, mata, kebidanan, bedah, terutama bedah plastik. Saat ini ada beberapa dokter ahli yang sudah kita miliki seperti ahli bedah plastik, ahli ortopedi, urologi, dan bedah umum. Ahli mata dan ahli urologi juga sudah ada.

Nah, tenaga-tenaga yang masih kurang kita telah melakukan MoU (memorandum of understanding) dengan Fakultas Kedokteran Unhas dan UMI Makassar. Soal tenaga kesehatan yang lain, kita juga telah kerja sama dengan beberapa sekolah tinggi kesehatan yang ada di Makassar.

Jadi, di samping sebagai rumah sakit umum, rumah sakit ini nantinya juga akan menjadi rumah sakit pendidikan.

Bagaimana dengan penanganan kusta?

Oh tetap kita tingkatkan terus. Meski pelayanan umum dibuka, penanganan rehabilitasi kusta juga tetap ditingkatkan terus.

Perlu diketahui bahwa visi kami ke depan adalah menjadikan Dr Tadjuddin Chalid ini sebagai rumah sakit terkemuka di Indonesia dalam pelayanan rehabilitasi kusta. Intinya, antara pelayanan umum dengan khusus rehabilitasi kusta tetap kita padukan.

Untuk mencapai target tersebut, kiat apa yang akan Anda lakukan?

Itu tadi, untuk pelayanan umum sarana dan prasarana akan segera dibenahi. Sebab SDM yang kita miliki sudah memadai.

Khusus untuk kusta, selain kegiatan rehabilitasi langsung, kita juga akan lebih meningkatkan advokasi ke daerah-daerah. Kita akan melibatkan seluruh dinas kesehatan, rumah sakit di masing-masing kabupaten serta aktivis LSM di bidang itu.

Harapan kita, ke depan, para penderita kusta langsung ditangani sejak awal. Minimal upaya pemberian obat-obatan. Sehingga mereka tidak perlu sampai cacat fisik.

Bagaimana dengan dukungan fasilitas, baik dari perlatan medis maupun sarana gedung?

Secara umum, dukungan fasilitas ruangan kita sudah cukup memadai. Peluang untuk melakukan pengembangan gedung masih terbuka lebar. Luas lokasi rumah sakit ini mencapai 12 hektare dan masih ada sekitar delapan hektare yang kosong. Setiap tahun kita mendapat belanja modal dari pusat. Tahun ini sebetulnya kita diplot Rp5 miliar.

Apa sasaran utama yang akan dicapai?

Sasaran kita adalah bagaimana agar rumah sakit ini menjadi pusat penanganan rehabilitasi kusta di Indonesia. Kita juga menginginkan rumah sakit ini sebagai pusat pendidikan. Dengan perubahan nama ini pula kita berharap jumlah pasien yang datang semakin meningkat. (rahim@fajar.co.id)

Dokter di Asmat Digaji Rp 30 Juta

Jayapura, Tribun - Berbagai upaya dilakukan daerah tingkat II di Provinsi Papua untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. Kabupaten Asmat misalnya mendatangkan dokter dengan gaji Rp 30 juta/bulan.
"Rumah Sakit Asmat punya empat dokter spesialis dari UGM yang kami bayar Rp 30 juta per bulan, itu di luar traspor," kata kepala dinas kesehatan Kabupaten Asmat, Yulius Panandianan saat berdialog dengan Menkes Siti Fadilah Supari di Swiss-bellHotel, Jayapura.
Mendengar pemaparan itu, Menkes pun tercengang dan menanyakan berapa APBD Kabupaten Asmat. "Rp 600 miliar," jawab Yulius dikutip detickom.
Pada kesempatan tersebut Yulius menyampaikan Asmat adalah pemekaran Kabupaten Merauke. Wilayah yang memiliki luas lima kali daerah Yogyakarta itu hanya dapat dijangkau dengan lalu lintas air. Karena itu Yulius meminta Depkes mengadakan Puskesmas terapung di Asmat.
Permintaan ini disampaikan Yulius mengingat jarak puskesmas dengan pemukiman penduduk sangat jauh. Selain itu, kata Yulius, jika menyewa kapal untuk pergi ke Puskesmas sangat mahal. Bahkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih mahal dibandingkan membeli tiket pesawat pulang-pergi ke Jakarta.
"Bahan bakar di sini Rp 15 ribu/liter. Jadi kalau kami dari adat ke pantai kesami bisa mencapai Rp 10 juta. Ke Jakarta 10 juta sudah bisa PP. Jadi ini sangat mahal," papar Yulius.
Menkes berjanji akan menjadikan kabupaten ini sebagai percontohan pelayan kesehatan di wilayah-wilayah terpencil khususnya di Provinsi Papua.

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

dikutip dari : http://tribun-timur.com/view.php?id=102251

Mengejutkan Hamil Etopik Melahirkan

SYDNEY -- Satu lagi keajaiban medis terjadi. Seorang wanita di Australia, Meera Thangarajah (34), Kamis 29 Mei lalu, berhasil melahirkan bayi secara caesar dengan selamat. Yang menjadi keajaiban ialah bayi bernama Durga Thangarajah tersebut selama kehamilan berada di luar kandungan (kehamilan ektopik red).

Kejadian ini tentu saja mengundang decak kagum dokter karana Durga lahir dengan selamat dan sehat. Kerhamilan ektopik adalah kehamilan dimana fetus berada di luar rahim. Dalam kasus ini zigot (sel telur yang telah dibuahi red) biasanya menempel di tuba falopi yang terhubung dengan ovarium dan uterus. Bayi yang dikandung Meera berada di ovarium disebelah kanannya.

"Ini benar-benar merupakan suatu kelahiran yang luar biasa dan saya tidak yakin apakah ada orang yang pernah melihat fase kehamilan ektopik penuh seperti yang kami lihat disini," ujar Dr Andrew Miller yang menangani proses kelahiran ini. Kehamilan ektopik biasanya berakhir dengan keguguran ataupun diaborsi namun bayi tersebut berhasil bertahan sampai 38 minggu.

Bayi bejenis kelamin perempuan ini diberi nama Durga Thangarajah. Ia dilahirkan secara caesar di Darwin Private Hospital. Bayi mungil ini telah menghabiskan 9 bulan berada di ovarium ibunya. Sebelum menjalani operasi, Dr Andrew Miller tidak tahu sama sekali bahwa ia akan menangani kelahiran bayi diluar rahim. Ia berfikir bahwa dirinya akan melakukan caesar seperti biasa dan mengangkat fibroid (otot rahim yang membesar) yang dideteksi oleh scan.

Setelah melakukan pengirisan di perut, barulah ia sadar bahwa apa yang dia pikir fibroid tadi adalah memang rahim si ibu sedangkan bayinya sendiri berada di ovarium. Dokter telah salah mendiagnosis bayi tersebut sebagai gumpalan. Dokter memang tidak mengetahui sebelumnya bahwa mereka akan menangani kehamilan ektopik. Ini dikarenakan Meera sendiri tidak tahu kondisi kehamilannya. Selama kehamilan ia tidak pernah melakukan USG.

"Saya telah membantu persalinan lebih dari 520 bayi setiap tahunnya secara pribadi dan saya tidak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," jelas Dr Andrew Miller setelah persalinan. "Kamu tidak akan percaya bahwa bayi ini bergerak layaknya bayi normal dan tidak membuat kantong ovarium pecah. Kantong tersebut sangat tipis sehingga kamu bisa melihat rambut bayi dan bagian tubuh lainnya," tambahnya.

Miller menyatakan bahwa kesempatan hidup fetus (calon bayi red) yang berada di ovarium adalah 1 banding 40 ribu. Sedangkan kesempatan kehamilan ektopik menghasilkan bayi yang sehat adalah nol. Berdasarkan hal tersebut, apa yang terjadi pada Durga menjadi semacam keajaiban tersendiri. Bayi seberat 2,8 kilogram tersebut dinyatakan benar-benar sehat.

Yang lebih mengejutkan ternyata ibu si bayi, Meera tidak mengalami masalah sama sekali selama kehamilan. Padahal menurut Miller, kehamilan ektopik biasanya menyebabkan ibu hamil beresiko tinggi mengalami pendarahan dan ketuban pecah yang biasanya berakhir dengan keguguran atau diaborsi oleh dokter karena bisa mengancam nyawa ibunya.

"Dia (Meera red) sangat beruntung bisa bersama dengan bayinya pagi ini," ujar Miller. Ayah si bayi, Ravi Thangarajah mengungkapkan bahwa dokter telah mengatakan padanya bahwa dia adalah pria paling beruntung di dunia. (AP/AFP/sha)

dikutip dari : http://fajar.co.id/index.php?act=news&id=48217

Dokter Jangan Takut Kesehatan Gratis

Kata Syahrul di Kongres Osteoporosis
Makassar, Tribun - Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, membuka kongres osteoporosis ketiga yang digelar Indonesian Osteoporosis Association, di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Jumat (7/11).
Dalam kesempatan tersebut, Syahrul berharap agar program kesehatan gratis yang kini diterapkan bertahap itu dapat meningkatkan taraf kesehatan masyarakat khususnya di Kota Makassar, terutama untuk kasus-kasus osteoporosis.
"Kepada dokter-dokter jangan takut dengan program kesehatan gratis ini. Bukan berarti karena gratis, maka dokter tak dibayar. Yang gratis hanyalah untuk masyarakat dan yang membiayai pemerintah," ucapnya.
Ia juga berharap agar dokter terus mengembangkan penelitian- penelitiannya agar berbagai penyakit yang masih belum bisa diketahui penyebabnya maupun belum ada obatnya bisa ditemukan dan dituntaskan.
Secara simbolis, Syahrul yang didampingi Ketua Perhimpunan Osteoporosis Seluruh Indonesia (Perosi) Prof Dr dr Ichramsjah A Rachman SpOG (K) dan Ketua Panitia Prof dr John MF Adam SpPD KEMD membunyikan gong sebagai tanda dibukanya konres tersebut yang bakal digelar hingga Minggu (07/11).
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan kuliah memorial untuk mengenang perjalanan Ketua Perosi Pertama, Prof dr Soelarto Roeksoprojo SpB SpOT. Para peserta kongres pun mengheningkan cipta sejenak untuk mendoakan spesialis ortopedi ini yang meninggal 28 Oktober 2000.

Tribun Timur, Selalu yang Pertama
dikutip dari : http://tribun-timur.com/view.php?id=106767

Sepuluh Tanda Anak Bergizi Baik

Anak Anda lincah dan cekatan? Tetapi, belum tentu si kecil ini mengonsumsi gizi baik. Bisa saja asupan makanan yang ditelan adalah bahan makanan yang mempunyai gizi yang kurang pas untuk si jantung hati. Untuk mengetahui gizi buah hati kesayangan Anda ini baik atau tidak, simak 10 tanda anak bergizi


Anak merupakan investasi Sumber Daya Manusia yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Karena itulah zat gizi dari makanan merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan anak untuk tumbuh kembang optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna yakni sehat fisik, mental dan sosial.

DR.dr. Saptawati Bardosono, Msc, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) mengatakan, ketika itu PDGMI sepakat menyusun, mensosialisasikan suatu pedoman anak sehat yang dikemas dalam paket pesan 10 tanda umum anak bergizi baik. Hal ini berdasarkan diskusi kelompok dan telaah pustaka sejak 13 Januari 2007 silam di Jakarta. Mereka berhasil merumuskan pedoman tersebut berdasarkan berbagai bukti ilmiah.

Berbagai zat gizi dikaitkan dengan status gizi dan kesehatan si buah hati secara menyeluruh mulai dari penampilan umum, berat badan dan tinggi badan hingga tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi anak.


Tanda Umum Anak Gizi Baik

1. Bertambah umur, bertambah berat, bertambah tinggi
2. Postur tubuh tegap dan otot padat
3. Rambut berkilau dan kuat
4. Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat
5. Wajah ceria, mata bening dan bibir segar
6. Gigi bersih dan gusi merah muda
7. Nafsu makan baik dan buang air besar teratur
8. Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai dengan usia
9. Penuh perhatian dan bereaksi aktif
10. Tidur nyenyak

Kesepuluh tanda umum ini di dukung dengan kecukupan asupan makronutrien, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium, dan seng.

Bahan Makanan Yang Diperhatikan

Bahan makanan sumber energi, zat tenaga. Bahan makanan kaya karbohidrat (55-60% total kalori) yakni, makanan pokok, serealia, tepung, umbi dan lain-lain. Gula, madu dan lain sebagainya.

Bahan makanan kaya lemak (20-25% total kalori) yakni, margarin, mentega, keju, minyak dan masih banyak lagi.

Bahan makanan kaya protein (10-20% kalori) yakni, protein hewani yang terdiri dari telur, daging, unggas, ikan dan sejenisnya. Sedangkan, protein nabati terdiri dari tahu, tempe dan lain-lain.

"Diharapkan dengan berpedoman pada pola makan empat sehat lima sempurna maka kebutuhan zat gizi dan serat tercukupi sehingga anak bisa tidur pulas," tutur DR.dr.Saptawati Bardosono, Msc yang juga merupakan staf pengajar, kordinator penelitian, ketua program studi doktor ilmu gizi di Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada acara program caravan gizi Nestle Dancow. (IA)

dikutip dari : http://fajar.co.id/index.php?act=news&id=48154

DPRD Makassar Ingin Dokter Para Dokter Bayar Retribusi

Laporan: Muhammad Irham. la_toge_langi@yahoo.com
Makassar, Tribun - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar mendesak Dinas Kesehatan Kota Makassar melakukan verifikasi kelayakan dokter-dokter praktik, apotik, dan tabib yang menjamur di Makassar.
Verifikasi itu dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum kepada tempat-tempat praktek tersebut agar tidak merugikan masyarakat. Selama ini, pemkot tidak pernah menerima retribusi dari mereka kecuali izin usaha.

"Harusnya ada peraturan daerah (perda) yang mengatur mengenai tempat-tempat praktek dokter, apotik, dan tabib tersebut. Sebab mereka bekerja di bidang kesehatan yang menyangkut kemaslahatan orang banyak," kata anggota Komisi A DPRD Makassar Syamsu Rizal, Rabu (3/12).

Menurut Syamsu Rizal, pemkot, dalam hal ini, Dinas Kesehatan Kota Makassar, seharusnya membuat izin khusus kepada tempat-tempat praktek itu agar bisa memberi pemasukan kepada pemkot.

Tidak dijelaskan berapa banyak potensi pemasukan dari retribusi yang ditarik dari tempat-tempat praktek dokter, apotik, dan tabib di Makassar. (*)

Tribun Timur, Selalu yang Pertama

Thursday, August 21, 2008

Dokter : Pengabdian Vs Kompetensi

Pernahkah kita merenung sejenak melihat perilaku kita-kita yang bergabung dalam profesi yang meng-identikkan diri dengan JAS PUTIH...
Beberapa waktu yang lalu ketika saya mengikuti sebuah symposium & workshop yang diselenggarakan oleh IDI, saya ketemu dengan teman-teman lama yang seperjuangan ketika masih "menuntut" Ilmu di bangku kuliah...
saya coba tanya ttg aktivitasnya saat ini, ternyata dia ditempatkan di sebuah pulau yang dalam peta Indonesia mungkin tidak sempat tergambar apalagi dalam peta Dunia -hmm... bagaimana mau pakai navigasi GPS ya??? :) -
saya tanya ttg pengalaman dia selama menjalankan tugasnya sebagai dokter PTT di pulau tersebut, ternyata untuk menjangkau pulau tersebut penduduknya masih menggunakan sistem arah angin dengan perahu layar. sehingga bila arah anginnya berbalik maka kita tidak bisa ke pulau tsb... dan saya tanya kapan itu?... ya sekitar 3 bulan lagi katanya...

mendengar hal tersebut... saya sempat termenung...
apakah teman saya ini sadar meninggalkan tempat tugasnya untuk waktu yang sekian lama? bagaimana jika ada warga yang butuh pertolongan dia? bagaimana jika ada pasien yang emergency? ....

namun... saya berpikir lagi...
layakkah kita menyalahkan Ts kita dengan sikapnya tersebut? salahkah dia bila pulang kampung tapi tidak bisa untuk segera balik lagi ke tempat tugasnya? bila dia berada di tempat tugasnya terus menerus, bagaimana dengan tuntutan untuk melakukan updating ilmu pengetahuan. Sementara kalau hal tidak mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan bagaimana nasib dia 5 tahun ke depan? apakah dia masih diberikan kesempatan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi hanya dengan mengatakan bahwa dia selama ini tidak sempat updating ilmu karena mengabdi di tempat yang tidak terjangkau...

waduh... saya kadang bingung kalau melihat hal ini...
terkadang saya berpikir bagaimana seandainya saya yang ada di posisi dia??? apakah saya harus memilih pengabdian kepada bangsa dan negara ini ataukah menyelamatkan karir saya untuk mengejar kompetensi yang saya impikan...

MERDEKA...

NASIB SANG DOKTER

saya sangat salut dengan dunia PARA DOKTER yang hingga kini masih solid...
ditengah hiruk pikuk pekikan "Demokrasi dan Kebebasan untuk berserikat dan Berkumpul" Dunia Para Dokter ternyata membuktikan eksistensinya untuk tetap mengakui hanya "1" organisasi yang merangkul mereka dengan gelar "dr" dibelakang namanya yaitu "IDI".
Dan saya berharap hal itu tetap eksis. Mari kita lihat dunia Sarjana Hukum yang saat ini agak di hantam badai. Mulai dari mereka yang berprofesi sebagai jaksa, Hakim, maupun Advokat. Nah yang terakhir ini kemudian berpolemik dengan adanya dualisme organisasi Profesi (KAI dan PERADI)....
Saya juga mencoba melihat Profesi Guru yang bernaung di bawah PGRI, namun selain PGRI ternyata ada juga banyak organisasi guru lainnya yang mencoba menyuarakan suara anggotanya, misalnya Assosiasi guru honor indonesia dan beberapa organisasi lain yang tidak saya ketahui dengan pasti... (kalau Dosen FK masuk mana ya???)
Melalui topic ini saya juga ingin mengajak TS membandingkan efektivitas antara Organisasi IDI dan PGRI dalam hal memperjuangkan nasib para anggotanya...
Saya salut dengan PGRI yang kini berhasil memperjuangkan nasib anggotanya, bukan saja yang hanya berstatus PNS tetapi juga yang Swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan... Dari sekian banyak tuntutan Masyarakat agar pemerintah memperbaiki kualitas dunia Pendidikan yang setiap akhir tahun ajaran selalu menjadi sorotan nasional, oleh PGRI bukannya dijadikan bahan untuk menekan anggotanya tetapi malah dijadikan sebagai amunisi baru untuk menuntut perbaikan kesejahteraan anggotanya. bagi mereka yang berhasil lolos sertifikasi akan diberi tunjangan profesi 100-300 persen dari gaji pokok. Dan yang tidak lolos sertifikasi bukan tidak boleh ngajar... cuman kesejahteraan ya hanya gitu2 aja seperti yang kemarin...
Nah sekarang kita Lihat IDI...
Tuntutan untuk proses sertifikasi akhirnya meruntuhkan wibawa universitas yang melepaskannya jika akhirnya pada saat uji kompetensi "dokter" yang oleh almamaternya sudah dianggap punya kemampuan yang MUMPUNI ternyata tidak bisa lolos ujian kompetensi sehingga ada dokter yang "tidak bisa" berprofesi dokter.
Dan yang lulus ujian kompetensi pun tidak mendapatkan jaminan untuk bisa memperoleh hak hidup yang layak seperti GURU...
dan untuk maintenace Ilmu agar selalu up to date yang nota bene akreditasi ditentukan oleh IDI malah dijadikan sebagai barang yang sangat mahal harganya... yang akhirnya para dokter UMUM yang belum punya kehidupan yang layak dengan terpaksa mencekik leher pasien dan dirinya sendiri agar biaya up to date ilmunya bisa terpenuhi....
Kapankah IDI mampu memperjuangkan nasib para anggotanya???

Wednesday, June 18, 2008

Dokter jadi Tumbal Akibat Kesalahan Pemberian Obat oleh Apotik

Sebuah pengalaman yang sangat tidak nyaman sekaligus berharga...

Semalam saya dinas malam di sebuah IRD RSUD di Indonesia Timur. Pasien yang datang tidak begitu banyak hanya saja datangnya tidak bersamaan tetapi jedah 1-1,5 jam. Ya lumayan ngantuk jadinya...
nah pada jam 03.30 dini hari, saya kedatangan pasien dengan keluhan nyeri ulu hati yang disertai muntah dengan frekuensi sangat sering hingga pasien sudah sangat lemas karena dehidrasi.
work diagnosa saya adalah Dispepsia. saya coba observasi di IRD saja dengan instruksi Pasang IVFD RL, Injeksi Ranitidin, Injeksi Metoclopramid, dan drips neurotropik, Lansoprazole 1x30 mg. saya berharap dengan terapi itu, pasien bisa sedikit lebih stabil untuk kemudian pindah ke perawatan pada pagi harinya. Namun, ketika pagi hari saya disampaikan oleh perawat bahwa pasien malah tidak pernah berhenti muntah hingga pagi hari. meskipun obat injeksinya sudah masuk semua...
setelah saya cek ternyata obat oral yang ada adalah asam mefenamat dan bukannya Lansoprazole sesuai dengan resep yang saya tuliskan...
Begitu saya coba konfirmasi ke apotik ternyata yang melayani disana adalah seorang siswa SMF yang sedang praktik... Sedang petugasnya tidur lelap...

Nah...
ketika kasus seperti ini terjadi maka yang jadi tumbal adalah SANG DOKTER. karena pasien maupun keluarganya menganggap bahwa yang memberikan obat adalah SANG DOKTER bukannya apotik...

ini bukanlah suatu kasus yang bisa jadi bahan perdebatan... tetapi sesuatu yang mutlak dihindari... dan ini bukan yang pertama kalinya saya dan teman-teman alami. Namun besar harapan saya agar hal ini menjadi kasus yang terakhir... Agar tidak ada SANG DOKTER yang menjadi tumbal akibat kelalaian orang lain baik itu dari segi hukum, materi, dan yang paling penting dari segi moral (pura-pura nggak tahu :))